Bahasa Indonesia yang Asing di Telinga Penuturnya

Sejak saya aktif menulis tentang tata bahasa di media sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) banyak yang bilang saya ahli dalam bidang bahasa. Padahal, saya baru belajar kulitnya saja kalau dibandingkan dengan para guru Bahasa Indonesia atau pakar bahasa yang sebenarnya. Menjadi seorang ahli bahasa pun bukan cita-cita saya. Asal pembaca tahu saja; sekarang saya sudah tidak punya impian yang muluk-muluk. Saya hanya berpikir apa yang harus dilakukan, maka akan saya kerjakan dengan baik.

Saya juga pernah menjelaskan alasan; kenapa saya jadi memperhatikan bahasa Indonesia? Semakin berkembangnya teknologi dan informasi, membuat bahasa Indonesia semakin tersingkir digerus oleh budaya lain. Jika terus dibiarkan, sampai kapan kita akan terus melakukan kesalahan menulis ‘di’ yang dipisah dan dirangkai, mengucapkan ‘sekedar’ tanpa tahu yang baku adalah ‘sekadar’, atau pada status Insgram kita menulis ‘terimakasih’ padahal yang benar adalah ‘terima kasih’? Semua kesalahan ini jelas membuat bahasa kita serasa asing di telinga penutur sendiri.

Sekali lagi, saya bukan munsyi, saya hanya orang Indonesia yang mencintai bahasa Indonesia. Warganet juga banyak yang mengoreksi dan mengkritik bahasa Indonesia serta kalimat saya. Tidak masalah mereka mengkritik, toh dunia Internet memang seperti itu; apa pun pendapat warganet selalu benar, kan? Namun, perlu kita perhatikan juga, ketika memberi masukan pakailah bahasa yang santun. Komentar kita juga bisa dibaca si pemilik akun, bagaimana kalau dia menangis membaca komentar yang nyelekit? Apa yang kita bicarakan juga akan dipertanggungjawabkan, kan?

Banyak juga yang berkomentar bahasa Indonesia itu tidak sempurna. Bahasa mana di dunia ini yang sempurna? Bahasa itu menghimpun semua aktivitas manusia, jadi mustahil KBBI dan kamus lainnya bisa sempurna dalam menulis semua aktivitas manusia dengan segala pemikirannya yang selalu berkembang. Sekarang yang harus kita tumbuhkan adalah rasa cinta dan bangga kita kepada bahasa Indonesia, karena belakangan banyak yang lebih paham bahasa asing daripada bahasa ibu sendiri.

Bagi yang merasa bahasa Indonesia tidak sempurna, mungkin mereka belum mengenal bahasa Indonesia dengan baik. Ada pepatah mengatakan ‘tak kenal maka tak sayang’. saya pun percaya, jika bahasa Indonesia digunakan dengan piawai, maka bahasa Indonesia tidak kalah keren dari bahasa asing.

Tinggalkan komentar